Judul Buku : Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan (Gagasan Manajemen Pengembangan Masyarakat untuk Memutus Mata Rantai Kemiskinan)
Penulis : Ir. Wisnu Indrajit VO
; Soimin, S.H.,M.Hum.
Penerbit : Intrans Publishing
Tahun
Terbit : 2014
Jumlah
Halaman : xv + 98
Dimensi
dan Cover : 15,5 x 23 cm, soft cover
ISBN : 9786021642207
Kategori : Pemberdayaan Masyarakat
Harga : Rp 50.000,-
Pemberdayaan Masyarakat, Alternatif Solusi Mengatasi Kemiskinan
Nurul Khotimah
Kemiskinan di Indonesia selalu menjadi topik penting dalam pembicaraan tentang Sustainability Development Goals (SDGs) karena salah satu tolak ukurnya adalah bagaimana tingkat kemiskinan bisa terus turun. Data terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Pembangunan Perencanaan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia diproyeksikan bertambah 4,22 juta orang pada 2020 dan jumlah penduduk miskin pada akhir 2020 diperkirakan akan bertambah 2 juta orang dibandingkan data pada bulan September 2019.
Mengatasi kemiskinan tidak hanya menjadi tanggung
jawab negara. Tanpa ada organisasi sosial seperti Non Government Organization
(NGO) yang membantu, maka masalah kemiskinan ini akan lambat tertangani. Beruntungnya,
Indonesia memiliki penduduk yang sangat dermawan dan mau bahu membahu menolong
masyarakat yang memiliki permasalahan ekonomi. Didukung mulai menjamurnya NGO,
komunitas dan gerakan yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan dengan cara
pemberdayaan masyarakat, ini bisa menjadi alternatif solusi yang mujarab bagi
permasalahan kemiskinan ini. Terbukti, telah cukup banyak program pemberdayaan
masyarakat yang berdampak signifikan bagi peningkatan kondisi sosial ekonomi
masyarakat marjinal.
Buku berjudul Pemberdayaan Masyarakat dan
Pembangunan (Gagasan Manajemen Pengembangan Masyarakat untuk Memutus Mata
Rantai Kemiskinan) ini menawarkan gambaran tentang adanyabeberapa program
pemberdayaan yang dapat berdampak secara signifikan agar terjadi perubahan
paradigma konsep-konsep pemberdayaan dan pengembangan masyarakat dalam kerangka
pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia. Buku ini juga memberikan gambaran
tentang pentingnya peran manajemen organisasi dalam melaksankan pemberdayaan.
Buku ini terdiri dari 7 bab yang menjelaskan secara
runtut tentang konsep pemberdayaan masyarakat melalui manajemen organisasi
pembelajaran sinergik untuk mengentaskan kemiskinan. Diuraikan dalam bab 2
tentang apa itu organisasi pembelajaran sinergik (OPS) ,apa saja modal yang
harus dimiliki dan dikelola oleh OPS dan bagaimana pemberdayaan masyarakat
dipahami dari segi subtansial dan penerapan. Bab ini menarik karena menjadi
kerangka dasar yang harus dipahami oleh seorang pekerja sosial saat terjun di
lapangan nantinya. OPS dibentuk melalui tumbuhnya komitmen bersama antar
beberapa orang maupun organisasi untuk mencapai tujuan, sasaran dan visi
bersama. OPS berperan menghimpun modal sosial dari masyarakat kemudian
melakukan pengembangan untuk kemudian dikelola dalam proses mencapai tujuan dan
mengatasi masalah dari kelompok masyarakat yang diberdayakan.
Selain pemahaman tentang OPS, para pekerja sosial
juga harus memahami seluk beluk kemiskinan karena goal ending yang hendak dicapai dari pemberdayaan masyarakat ini
adalah terwujudnya kemandirian sosial-ekonomi dari kelompok masyarakat yang
awalnya berada di bawah garis kemiskinan. Dalam bab 3 diuraikan tentang akar
kemiskinan bangsa dan negara Indonesia. Beberapa di antaranya adalah carut
marutnya pendidikan, birokrasi yang rumit sehingga tidak efisien dalam
penanganan kemiskinan, buruknya komunikasi publik pejabat negara, kebingungan
pemerintah dan masyarakat akibat hilangnya keteladanan dan kepemimpinan, serta
terpinggirkannya potensi kearifan lokal. Hal-hal yang dijelaskan dalam buku ini
tidak hanya bersifat teoritis melainkan hasil riset lapangan dan kajian
literatur yang dilakukan oleh penulis.
Setelah menguraikan sebab-sebab masalah kemiskinan,
pada bab 4 mengangkat topik pemberdayaan masyarakat langkah strategis dalam
pengentasan kemiskinan. Titik tekan dalam bab ini adalah OPS harus bisa menjadi
mitra dalam pembentukan masyarakat madani dan harus berorientasi pada gerakan
sosial. Gerakan sosial diyakini sebagai konsep yang mampu membentuk kemandirian
bangsa dan negara karena gerakan sosial dibuat dari, oleh dan untuk masyarakat.
Gerakan sosial yang terorganisir dengan baik akan melahirkan kepemimpinan “akar
rumput” sehingga proses demokrasi di Indonesia juga makin mendewasa. Selain
itu, dalam bab ini juga menyinggung beberapa solusi yang ditujukan untuk sistem
pemerintahan Indonesia seperti pembenahan aparat pemerintah dari segi
birokrasi, manajemen dan kepekaan sosial menangkap masalah masyarakat.
Namun, untuk bisa melakukan strategi pemberdayaan
masyarakat melalui OPS bukan tanpa ada kendala dan tantangan. Penerapan OPS
untuk menguatkan pemberdayaan masyarakat perlu beberapa analisis dan tahapan.
Dalam bab 5 dibahas tentang bagaimana mengenali kekuatan penentu perubahan.
Sistem/sub sistem hukum adat sebagai basis pembangunan berkelanjutan, mengenali
struktur wilayah pemukiman perkotaan dan pedesaan serta kebijakan,strategi dan
program pembangunan nasional. Hal-hal itu penting dipahami agar pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan sesuai dengan orientasi dan selaras dengan paradigma
pembangunan nasional. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang pengembangan
OPS di tataran makro dan mikro agar pemberdayaan masyarakat di akar rumput
mampu berjalan dengan sinergis. Diharapkan pemberdayaan masyarakat tidak hanya
menjadi program momentual melainkan menjadi program yang berkelanjutan. Untuk
itu, ada proses penguatan OPS yang dilakukan setelah program pemberdayaan sudah
mencapai indicator suksesnya.
Di bab terakhir dalam buku ini memberikan paradigma
bahwa pemberdayaan masyarakat harusnya berpijak pada potensi budaya bangsa.
Tidak bersifat top down melainkan bottom up atau partisipatif. Indonesia
memiliki banyak pedesaan daripada perkotaan. Maka, akan lebih baik dan efektif
jika pemberdayaan dan pembangunan dimulai dari pedesaan.
Bagi pembaca yang menaruh minat tinggi pada kerja
sosial dan kerelawanan, buku ini akan sangat asyik dibaca. Setiap bab dalam
buku ini memiliki keterkaitan yang jelas. Pembahasannya pun cukup mendalam dari
segi teoritis. Isi buku ini juga memberikan banyak insight baru terkait kondisi pemberdayaan masyarakat di Indonesia
serta aturan-aturan negara yang berkaitan dengan itu. Dalam tiap babnya
dilengkapi dengan skema, bagan dan tabel yang bisa memberikan kita gambaran
sederhana dari yang telah dibahas. Pembagian bab dan sub bab tidak
membingungkan bagi para pembaca karena menggunakan alur proses yang runut mulai
pemahaman definisi, masalah, faktor-faktor yang berkaitan, proses pemberdayaan
masyarakatnya hingga proses penguatan. Dari segi tampilan, dimensi buku 15,5 x
23 cm membuat buku ini terkesan “luas dan melegakan” untuk dibaca. Pemilihan
font dan ukurannya cukup terlihat jelas dan menimbulkan kesan enak dibaca.
Kertasnya menggunakan jenis book paper
sehingga menyerap cahaya dan menyebabkan mata tidak cepat lelah ketika membaca.
Buku ini juga dilengkapi index untuk memudahkan para pembaca mencari kata kunci
yang dibutuhkan dengan cepat. Daftar pustaka di bagian akhir buku bisa
memberikan informasi lebih lanjut mengenai referensi terkait yang bisa
digunakan untuk mendalami topik-topik yang telah dibahas.
Di samping segala keunggulan buku ini, ada beberapa
catatan lain. Dalam buku ini juga menyertakan beberapa foto/dokumentasi namun
tidak dicantumkan sumber dan judul foto sehingga bisa memunculkan kebingungan
apa kaitan antara foto dan pembahasan. Foto juga dicetak hitam putih yang
menyebabkan beberapa bagian foto menjadi kurang jelas. Buku ini akan lebih baik
lagi jika di setiap akhir bab ditambahkan fitur semacam “resume singkat” yang
memuat konsep atau poin-poin penting. Porsi contoh konkrit bisa ditambahkan
misalnya menceritakan tentang kelompok masyarakat tertentu atau kerja NGO
tertentu yang menerapkan pemberdayaan masyarakat. Ada beberapa kesalahan ketik
(typo) di beberapa tempat namun tidak
terlalu mengganggu.
Secara keseluruhan, buku ini menawarkan gagasan baru
terkait bagaimana mengentaskan kemiskinan dengan tidak hanya bergantung pada
pemerintah melainkan dengan gerakan sosial yang otonom dan terorganisir dengan
baik. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi opsi melainkan keniscayaan
yang harus segera diwujudkan agar masyarakat desa, mereka yang terpinggirkan
dan berada di bawah garis kemiskinan bisa naik level menjadi berdaya dan
mandiri.
Buku ini cocok dibaca aktivis relawan, pekerja
sosial, akademisi, mahasiswa jurusan kesejahteraan sosial dan ilmu-ilmu sosial,
pegiat pemberdayaan masyarakat, pengamat yang concern terhadap isu kemiskinan, gerakan sosial, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat serta khalayak umum yang ingin mengetahui tentang isu
sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar