Resensi Buku Womanology
Judul Buku : Womanology - The Art of Marketing to Woman
Penulis : Yuswohady, Dyah Hasto Palupi, Teguh Sri Pambudi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, September 2010
Jumlah Halaman : 389 Halaman
Womanology, Kunci Sukses Pemasaran Produk Pada Wanita
Oleh : Nurul Khotimah
Wanita, dengan segala sisi uniknya tidak akan pernah habis untuk dibahas. Termasuk dari sudut pandang pemasaran. Selain karena jumlahnya yang sangat banyak khususnya di Indonesia, banyak aspek dari wanita yang bisa dijadikan inspirasi produk sekaligus inspirasi pemasaran. Mereka memiliki kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi (harapan) yang jika para marketers/pemasar mampu memahami ini maka keuntungan yang besar dapat diperoleh.
Seperti yang sudah dilakukan oleh salah satu produsen produk–produk kecantikan di Indonesia yaitu Martha Tilaar Group (MTG). Siapa yang tidak kenal dengan MTG? Produk – produknya banyak dipakai oleh para wanita Indonesia. Tim konsultan pemasaran (3 orang yang menjadi penulis buku ini) melakukan riset terhadap kasus – kasus pemasaran orisinil MTG sejumlah 40 kasus. Dari 40 kasus tersebut kemudian oleh tim tersebut ditarik benang merah, diendapkan dan disarikan menjadi 5 unsur dari Womanology kemudian dirumuskan menjadi sebuah model yang diberi sebutan oleh tim sebagai “The Diamond Model of Womanology”. Kelima unsur tersebut adalah Connection, Care, Value, Empathy, dan Trust.
Resensi buku Womanology ini terdiri dari 40 bab yang mencakup 40 kasus merek dan produk yang ada di lingkungan MTG. Kerangka buku ini terbagi dalam 5 bagian berdasarkan unsur dari “The Diamond Model of Womanology”. Bagian pertama ada 10 bab yang membahas tentang unsur Connection. Bagian kedua ada 8 bab tentang prinsip Care. Bagian ketiga adalah Value yang berisi 4 bab. Bagian keempat adalah Empathy terdiri dari 7 bab. Dan bagian terakhir adalah Trust yang mencakup 11 bab.
Unsur pertama, connection adalah hubungan emosional wanita dengan sebuah brand. Kesamaan itu bisa berupa kesamaan keyakinan, tampilan, perilaku karakter dan kepribadian, identitas dan sebagainya. Dalam kasus pemasaran MTG, produk Sariayu memiliki tempat khusus di kalangan konsumennya karena mereka menemukan sense of similarities pada sosok Larasati yang memberi mereka inspirasi mengenai sosok cantik yang ideal. Inti penting dari unsur ini adalah bagaimana pemasar berfokus pada menjalin hubungan dengan para wanita, bukan sekedar memasarkan saja. MTG juga sukses membangun connection ini dengan adanya komunitas yang memfasilitasi konsumen wanita untuk melakukan interaksi antarsesama mereka.
Unsur kedua adalah care. Kebutuhan dasar wanita adalah diperhatikan. TIdak hanya sekedar mendengar namun pemasar harus mampu mewujudkan aspirasi dan kemauan wanita melalui produk – produknya. Pemasar juga harus mampu mengantisipasi dan memprediksi kemauan wanita sebelum mereka meminta. Kunci loyalitas mereka ada disini. MTG sukses di unsur ini dengan mengadakan Trend Warna Sariayu Martha Tilaar secara regular tiap tahun yang merupakan refleksi dari perhatian MTG kepada para konsumen wanitanya.
Unsur ketiga adalah value. Seperti kita tahu, wanita adalah konsumen yang cerdas. Dia memperhitungkan dengan cermat berapa yang dia bayar dengan berapa yang dia dapat. Maka dari itu, nilai produk menjadi inti dari pertimbangan wanita dalam membeli. Setiap wanita memerlukan produk – produk yang memberikan solusi untuk menyelesaikan masalahnya, mempermudah pekerjaannya dan menyederhanakan pikirannya. Kunci inilah yang kemudian menjadi inspirasi MTG dalam mengeluarkan produk Lipstik Dwi Warna. Dengan produk ini, ada 2 keuntungan yaitu penghematan di tengah daya beli yang merosot karena dampak krisis dan kepraktisan.
Unsur keempat adalah empathy. Wanita paling gampang disentuh emosinya dengan pesan – pesan yang membawa muatan empati. Menciptakan brand personality yang berbasis pada nilai – nilai empati akan mampu menghasilkan hubungan emosional yang kuat antara brand dengan konsumennya. MTG paham betul the power of empathy ini lalu menggunakan cara dengan menginisiasi segudang program CSR yang berfokus pada wanita seperti program community trade di daerah Sentolo, Yogya bertajuk “Wanita Terampil Mandiri” atau upaya mencegah trafficking melalui Balisari Training Center.
Unsur kelima adalah trust. Ada slogan “Pemasaran pada wanita adalah tentang bagaimana memenangkan kepercayaannya”. Sekali pemasar membuat mereka kecewa, maka pasar wanita ini akan berpaling dan sulit kembali. Cara untuk meraih trust ini salah satunya adalah dengan membuka diri seperti yang dilakukan MTG yaitu menunjukkan kepada konsumen siapa sesungguhnya MTG, apa saja filosofi dan prinsip bisnis yang dipegang dan diyakini, dan apa saja nilai – nilai budaya perusahaan yang dikembangkan.
Kelebihan Resensi buku Womanology ini terletak pada pembahasan yang ringan, penyajian kasus – kasus pemasaran dengan diksi yang mudah dipahami dan penggambaran yang konkrit sehingga pembaca bisa mengabstraksikan sekaligus menganalisis sendiri apa kunci kesuksesan dari pemasaran yang dilakukan MTG. Pembatas tiap bab didesign cukup menarik yaitu dengan warna hitam dan gambar permata, bab ke berapa, judul dan sedikit prolog bab. Penggunaan tabel di beberapa bagian membuat penjelasan jadi lebih ringkas dan mudah dipahami. Penyajian buku ini bisa dikatakan menggunakan alur umum-khusus (kesimpulan dulu baru penjabaran – penjabaran kasus marketing) karena di bab pendahuluan itu justru merupakan intisari dari 5 unsur The Diamond Model of Womanology. Bagi saya, alur yang seperti ini justru lebih mudah dipahami karena sudah tergambar umumnya sejak awal. Closing notes di akhir buku merupakan bagian penutup yang cukup motivatif bagi mereka yang memang sedang bergelut di dunia bisnis dan pemasaran. Kertas yang digunakan yaitu kertas kuning (bukan HVS putih) yang secara kualitas juga bagus, tidak tipis dan tidak tembus cetakannya antara halaman depan dan belakang. Jenis, ukuran font, jarak spasi baris juga cukup baik dan membuat betah membaca.
Kekurangan buku ini terletak pada format ketikannya yang tidak menggunakan rata kiri-kanan (justified) sehingga terkesan kurang rapi dan kurang nyaman dibaca. Cukup banyak menggunakan bahasa inggris terutama dalam menjelaskan prinsip – prinsip bab. Tentu bisa menjadi sedikit masalah jika yang membaca adalah pembaca yang bahasa inggrisnya agak kurang meskipun bagi level umumnya bahasa inggrisnya masih relatif mudah dipahami.
Buku ini direkomendasikan untuk mahasiswa jurusan pemasaran, akademisi dan praktisi bidang pemasaran, konsultan pemasaran, mereka yang ingin terjun dalam dunia bisnis, dan siapapun yang berminat pada kajian – kajian pemasaran.