Jenis Resensi yang Mana?


Oleh: Ay Gustin
            Di artikel sebelumnya (Artikel sebelumnya: Informasi Penting Tentang Resensi), kita sudah mengetahui bahwa ada 3 jenis resensi, yaitu resensi informatif, deskriptif, dan juga kritis. Faktanya, jarang ada literatur yang menjelaskan tentang penggunaan ketiga jenis resensi ini. Hal ini terjadi karena memang tidak ada aturan yang baku resensator harus menggunakan jenis yang mana dalam menulis resensi. (Dalam hal ini kita akan membahas penggunaannya di dalam menulis resensi buku non fiksi)
            Namun, alangkah baiknya jika kita sebagai resensator mengetahui cara penggunaannya dengan baik. Agar, resensi yang ditulis lebih menunjukkan profesionalitas, sesuai dengan sudut pandang yang disoroti, dan juga tentunya sesuai dengan manfaat yang akan diberikan. Sebelum kita membahas tentang jenis mana yang akan kita pilih dalam menulis resensi, ada beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan. Manfaat, audiens, dan juga media yang digunakan adalah hal yang perlu dipertimbangkan sehingga bisa menyesuaikan dengan jenis resensi yang akan dipilih nanti.
            Berdasarkan manfaatnya, tentunya ketiga jenis resensi mempunyai manfaat yang berbeda-beda. Jenis resensi yang pertama adalah resensi informatif, yaitu resensi yang biasanya berisikan tentang informasi atau poin-poin penting di dalam buku yang diresensi. Informasi yang disampaikan bersifat umum dari keseluruhan isi buku. Di dalam resensi ini paragraf yang digunakan adalah jenis paragraf pada umumnya, yaitu berupa essay. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat yang bisa diperoleh pembaca adalah pembaca mendapatkan informasi atau poin penting dari keseluruhan isi buku. Jenis resensi yang satu ini juga sangat mudah digunakan untuk resensator yang newbee. Resensator hanya perlu mencatat poin penting yang ada di dalam buku. Resensi jenis ini juga tidak memperhatikan urutan informasi. Jadi, resenter bisa menuliskan informasi penting dari bab mana saja.
Kemudian, jenis yang kedua adalah resensi deskriptif. Resensi deskriptif tidak jauh berbeda dengan resensi informatif. Hanya saja letak perbedaannya ada pada kedalaman pembahasan dan juga urutan. Karena resensi ini biasanya ditulis dalam format per bab. Pastinya, dengan resensi jenis ini pembaca bisa mendapatkan informasi yang lebih mendetail. Pun jenis resensi ini cocok untuk resensstor yang newbee. Jenis yang terakhir adalah resensi kritis. Resensi jenis ini sangat bagus untuk dibudidayakan. Karena resenter dan pembaca akan terbiasa dengan logika ilmiah. Efeknya sangat bagus untuk membentuk pola pikir kritis. Namun, sayangnya resensi jenis ini sangat jarang sekali digunakan. Bukan hanya kaum intelek yang menjadi resensator saja yang terbatas. Akan tetapi banyak dari masyarakat yang belum mencintai pemikiran ilmiah. Belum lagi harus melewati berkali-kali studi banding dengan ilmu terkait. Alhasil, sulit kita jumpai jenis resensi yang satu ini.
            Selain dari segi manfaat, kita juga harus mempertimbangkan audiens. Audiens mana yang hendak ditarget. Apakah masyarakat umum, mahasiswa, kaum intelek, dan sebagainya. Kalau yang dipilih masyarakat umum, apakah cukup menggunakan informasi umum saja (informatif), yang mendetail (deskriptif), ataukah yang menggunakan metode ilmiah (kritis).
            Pertimbangan yang terakhir adalah media apa yang digunakan. Misalkan kita hendak menulis resensi di website milik orang lain. Biasanya, setiap website mempunyai aturan tertentu. Seperti contoh, apakah ada batasan jumlah kata? Jika iya, langkah selanjutnya adalah pertimbangkan jenis resensi mana yang sekiranya pembahasannya cukup dengan adanya batasan jumlah kata. Lain halnya dengan blog pribadi yang tidak ada batasan kata, kita bisa menggunakan jenis apa saja. Akan tetapi, hal yang terpenting dari semua itu adalah apa yang terbaik untuk pembaca, resensator, dan juga penulis buku agar semua pihak mendapatkan manfaatnya masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar