Resensi Buku Kilat Mata Kesatria Allah


Umar bin Khattab dalam Novel Inspiratif
Judul Buku                  : Kilat Mata Kesatria Allah
Penulis                         : Wiwid Prasetyo
Penerbit                       : DIVA Press
Tahun Terbit               : 2012
Jumlah Halaman        : 439 halaman
“Islamnya Umar suatu pembebasan, hijrahnya adalah suatu kemenangan, dan kepemimpinannya adalah rahmat yang tak terkira.” (Abdullah bin Mas’ud)
Khathab bukannya tak sayang kepada anaknya, Umar. Namun karena begitu sayangnya ia kepada anaknya itu, hingga ia mendidiknya sangat keras. Didikan itu bukan untuk menyakitinya, akan tetapi untuk pelajaran di masa dewasanya. Mana mungkin Khathab membenci buah hatinya bersama Hantamah binti Nufail ini. Hantamah adalah seorang perempuan yang polos dan sederhana. Tidak ada gemrincing di kakinya, pun tak ada pula solek di wajahnya.
Umar termasuk ke dalam golongan Bani Adi yang sangat sedikit jumlahnya dan selalu menjadi bulan-bulanan kabilah lain. Salah satu cara yang ditempuhnya untuk memperkuat baninya adalah dengan memperistri wanita-wanita yang ia cintai kemudian menghasilkan keturunan yang banyak yang kemudian akan dididik menjadi orang kuat untuk melawan musuh. Umar sosok yang paling kuat diantara teman sebayanya semasa kecil. Umar sangat cepat larinya, ia sangat menonjol dalam segala hal. Terutama dalam hal ketangkasan. Semua orang tahu siapakah Umar, orang yang tak ingin dituduh pengecut atau pecundang. Sepanjang hidupnya ia telah dilatih untuk menghindari sikap rendahan seperti itu. Meskipun Umar sudah dewasa, tetapi ketangkasannya semakin menjadi-jadi saja. Ia terkenal sebagai sang jawara di Pasar Ukaz dalam hal pergulatan. Jika ada yang berani menghinanya atau baninya, maka ia dengan tidak segan-segan akan menantang musuh adu gulat di Pasar Ukaz untuk membuktikan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa dengan seenaknya melecehkan dirinya ataupun Baninya.
Umar mendengar adanya nabi baru yaitu Muhammad yang membawa ajaran yang menentang tradisi nenek moyang. Umar pun naik pitam, karena ia merasa Muhammad telah melecehkan agama nenek moyang. Seketika itu juga ia hendak membunuh Muhammad dengan pedangnya. Namun sebelum membunuh Muhammad, Umar hendak minum dulu di tempat langganannya agar ia mempunyai keberanian yang kuat dan tanpa ragu-ragu membunuh Muhammad. Namun nyatanya malam itu toko yang biasa ia kunjungi sedang tutup. Ia pun kemudian pulang ke rumah. Alangkah marahnya Umar begitu ia mengetahui bahwa Fatimah sedang membaca suatu ayat ajaran Muhammad. Dengan darah yang sudah di ubun-ubun, Umar menggedor pintu rumahnya dan memarahi Fatimah. Umar ingin melihat apa yang dibaca Fatimah. Setelah melihat bacaan itu, Umar kemudian sangat yakin bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad sama sekali tidak menyesatkan, justru membawa kepada kebaikan. Umar terperangah melihat indahnya ayat-ayat tersebut. Bahwa ayat seindah ini tidak mungkin manusia yang membuatnya. Seketika itu Umar ingin menemui Muhammad untuk menyatakan diri masuk Islam.
Umar adalah sosok orang yang mempunyai logika yang bagus. Itu terbukti ketika ia memrotes Nabi Muhammad saat hendak menyolati orang kafir. Umar berpendapat bahwa tidak perlu menyolati orang kafir yang jelas-jelas sudah merugikan umat Islam. Setelah itu turunlah wahyu yang berisikan bahwa pendapat Umar benar. Orang kafir tidak patut untuk didoakan maupun disholati. Tidak hanya dalam hal itu saja. Umar selalu menggunakan cara berpikirnya yang logis untuk memecahkan berbagai persoalan, seperti menetapkan zakat dan pengumpulan ayat-ayat Al Quran untuk dibukukan karena banyak penghafal Al Qur’an yang meninggal di medan perang. Sepeninggal khalifah Abu Bakar, Umar dikenal sebagai sosok khalifah yang sangat adil. Bukan hanya adil kepada umat Islam saja, namun juga adil bagi semua orang. Umar selalu merasa bahwa dirinya tidak pernah melakukan apa-apa untuk rakyat dan agama, padahal Umar sudah melakukan banyak hal hinggal ajal menjemputnya.
Buku Kilat Mata Kesatria Allah menyajikan sejarah Umar bin Khattab dengan sangat menarik karena dikemas dengan versi Novel. Penggambarannya begitu detail, sehingga pembaca dengan sangat mudah memahami dan mengingat setiap kejadian yang terjadi. Bahasa yang digunakan tidak berbelit dan ringan. Penulis buku tersebut telah berhasil membuat pembaca memahami dengan mudah sejarah Umar bin Khattab.

Namun, kekurangan dari buku ini adalah isi yang diceritakan sedikit melebar, bahkan terkadang di dalam subbabnya tidak menceritakan tentang Umar sama sekali. Seharusnya, penulis fokus pada topik  yang dibawakan yakni Umar. Berdasarkan penilaian saya, buku ini masih Recommended untuk dibaca, terutama cocok bagi pembaca yang ingin memahami sejarah Umar bin Khattab dengan gaya yang menarik dan mudah diingat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar