Resensi Buku Komunikasi dan Komodifikasi
Penulis : Idi Subandy
Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad
Penerbit : Yayasan Pustaka
Obor Indonesia
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 266 Halaman
Media dan Budaya Masyarakat dalam Bingkai Komodifikasi
Oleh : Nurul Khotimah
Era globalisasi membawa kita pada kemajuan teknologi
yang sangat pesan. Kini semua informasi hanya berada pada satu sentuhan jari
dan tiap menit ribuan informasi mengalir dengan derasnya. Informasi ini bisa
bermacam – macam bentuknya yaitu iklan, promosi, atau sekedar berita. Tiap hari
berbagai media mulai dari media cetak, televisi, radio, dan online juga
menyuguhkan kita banyak iklan. “Hujan iklan” yang demikian derasnya membuat
kita juga terkadang bingung memilih antara butuh atau tidak dan mana yang harus
dibeli dan tidak.
Secara tidak tersadari, bersamaan dengan berkembangnya
media, juga berpengaruh pada budaya masyarakat. Jika dulu media cetak seperti
koran, majalah, buku memiliki omset yang sangat tinggi dan menjadi kebutuhan
mutlak masyarakat untuk mendapatkan informasi, kini semua tergantikan oleh
internet. Ada e-book dan e-newspaper yang memungkinkan orang tidak lagi harus
membeli buku dan koran dalam bentuk fisik. Mereka bisa mengaksesnya kapan saja
dan dimana saja dengan mudah. Budaya membaca pun berubah. Media lewat iklan –
iklannya juga mengkonstruksi realitas dan membuat nilai – nilai baru di
masyarakat. Seperti misalnya gaya berdandan yang dulu diyakini hanya menjadi
kewajiban bagi para wanita, kini pria pun juga wajib melakukannya. Dipakainya
produk – produk merias diri seperti parfum,deodorant dan sabun pembersih muka
bagi pria akan diwajari sebagai sebuah kebutuhan dari seorang pria yang ingin
dianggap keren. Kita juga bisa melihat dari contoh iklan rokok. Konstruksi
“cowok macho” dibangun lewat iklan rokok melalui papan reklame yang menampilkan
seorang laki – laki dengan postur seperti binaraga, di lengan atasnya
bertuliskan nama – nama wanita yang pernah menjadi pacarnya, dilengkapi dengan
tulisan “Jatuh Cinta Go Ahead” di reklame tersebut. Secara keseluruhan kita
bisa menangkap kesan maskulinitas yang hendak dibangun.
Resensi Buku Komunikasi dan Komodifikasi ini memaparkan hasil – hasil penelitian yang sudah
diubah dalam format artikel yang lebih mudah untuk dibaca namun tidak
menghilangkan unsur keilmiahannya. Ada 10 bab yang tiap babnya menyajikan 1
hasil penelitian dan bab 11 sebagai bab catatan akhir untuk calon ilmuan dan
peneliti kritis muda. Tema – tema yang diangkat yaitu komunikasi dan
komodifikasi budaya dan media ; globalisasi media dan komodifikasi dunia
kehidupan ; antara “global village” atau “global pillage” kritik atas arus
industrialisasi budaya dan media ; ekonomi politik dan kapitalisme media global
; teknologi komunikasi dan masyarakat jaringan ; media baru dan komodifikasi
waktu luang ; komodifikasi atau ekspresi baru keberagamaan di dunia virtual ;
komodifikasi maskulinitas dalam imaji iklan ; menjadikan khalayak perempuan
sebagai subyek aktif ; media alternative sebagai forum publik.
Tema sentral dari semua bab yang ditampilkan memang
mengarah sesuai judulnya yaitu komunikasi dan komodofikasi. Beberapa teori yang
dilibatkan dalam pembahasan artikel di Resensi Buku Komunikasi dan Komodifikasi ini misalnya teori substitusi
media, teori ekonomi politik, konsep budaya teknologi, teori jaringan dalam
komunikasi, dan lain – lain yang kesemuanya adalah teori – teori sosial
kontemporer. Salah satu contoh adalah pembahasan di bab 7, pembaca akan diajak
untuk menelaah fenomena berkembang pesatnya internet dengan munculnya cyber
religion, yaitu istilah untuk fenomena menjamurnya ekspresi keberagamaan berupa
spiritualitas atau religiusitas dan komunitas keyakinan online, di dalam dunia
maya, hingga secara tidak sadar, agama itu telah memasuki proses komodifikasi.
Bahkan dalam sebuah survey atas 1.309 kongregasi bertelegram, grup Pew menemukan
bahwa 83% gereja percaya bahwa internet memperkuat keyakinan dan pertumbuhan
spiritual jemaat. Bahkan, banyak gereja yang telah membuat situs dan
menggunakannya sebagai sarana komunikasi satu-arah untuk mempromosikan dan
mengiklankan diri dalam komunitasnya dan sebagai upaya untuk menarik anggota
baru, dan dalam setiap kesempatan menawarkan informasi bagi para anggota
jemaatnya. Di bab 4 yang membahas tentang ekonomi politik dan kapitalise media
global juga membahas secara mendalam bagaimana elite media dan elite
intelektual pada umumnya memiliki agenda tertentu, yang sengaja dipropagandakan
lewat media untuk membangun isu tertentu pada khalayak luas. Membaca bab ini,
pembaca akan bisa mengambil hikmah tentang perlunya memahami 5 filter
propaganda media dan 3 model organisasi media yang bagi para pengkaji ekonomi
politik media penting untuk memahami kapitalisme dan konglomerasi media dan
beroperasinya media global.
Setiap hasil penelitian disini dibahas dalam 1 bab
tersendiri sehingga memudahkan pembaca jika ingin hanya membaca di bagian –
bagian tertentu. Kelebihan lain buku ini terletak pada penjelasan yang cukup
mendetail dan sistematis karena selalu didahului dengan pendahuluan ,landasan
teori dan kemudian menjabarkan fenomena yang diangkat serta analisisnya. Kutipan
referensi dari sumber yang terpercaya dan dicantumkan dalam bentuk footnote dan
bodynote yang memudahkan pembaca untuk mendalami bagian – bagian yang
diperlukan sesuai referensi tersebut.
Dari aspek diksi. memang bisa dibilang diksinya cukup
akademik dan hanya bisa dimengerti oleh mereka yang memang berminat di bidang
ini atau orang – orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Tersedianya daftar
pustaka juga membantu pembaca untuk mencari referensi berkaitan dengan apa yang
dibahas dalam artikel. Adanya daftar indeks juga memudahkan untuk melakukan
pencarian cepat. Kertas yang digunakan adalah kertas kuning 70 gsm sehingga
tidak mudah robek dan cetakannya tidak tembus antara halaman depan dan halaman
belakang. Buku ini tidak banyak menyajikan penjelasannya dalam bentuk gambar
dan ilustrasi, terbukti dari daftar gambar dan ilustrasi hanya ada 9 buah saja,
sehingga secara sajian data dan analisis menjadi kurang menarik karena kurang
adanya visualisasi. Selain itu, ada beberapa istilah dan kalimat kutipan dalam
bahasa inggris yang tidak dijelaskan maksudnya, sehingga pembaca harus mencari
dan memahami sendiri maknanya agar tetap bisa memahami artikel penelitian
tersebut secara utuh.
Resensi Buku Komunikasi dan Komodifikasi ini cocok direkomendasikan untuk para peneliti
media, peminat kajian – kajian media, mahasiswa jurusan komunikasi dan
humaniora, akademisi dan praktisi media dan komunikasi
Sepeertinya bagus...
BalasHapus